Pages

Gunung Lawu : Tempat "Istirahat" Prabu Brawijaya dan Mbok Yem

December 15, 2010

Tulisan ini adalah tulisan yang saya copas [copy paste, red] dari blog Desa Wisata Gumeng, hanya karena tulisan itu saya sendiri sebagai penulisnya, tidak masalah kan kalo saya repost ke blog saya sendiri? :D

Dusun Ceto, yang berada pada ketinggian 1400 mdpl, terletak di sisi barat Gunung Lawu. Posisinya yang sangat dekat dengan Gunung Lawu, menjadikan Dusun Ceto merupakan salah satu pintu masuk untuk menuju puncak gunung tersebut. Jarang yang mengenal jalur ini, mengingat jalur ini kalah pamor dengan jalur "Cemoro Kandang" ataupun jalur "Cemoro Sewu". Boleh dikatakan, jalur ini masih alami karena Anda harus melewati jalur tanah yang licin jika hujan, dan harus menyibakkan rumput setinggi pinggang untuk menemui jalur.

Dalam kesempatan kali ini, tim KKN PPM Unit 104 mencoba untuk meng"eksplorasi" jalur ini sekaligus mengenalkan kepada seluruh pecinta alam, bahwa masih ada jalur pendakian ke Gunung Lawu yang perlu dicoba. Berikut adalah perjalanan panjang kami hingga sampai puncak Gunung Lawu :

Pos 0 (Titik Keberangkatan) : Perjalanan dimulai dari Dusun Ceto, tepatnya di rumah Pak Kadus. Bila Anda hendak mendaki lewat jalur ini, jangan sungkan menghubungi beliau atau perangkat dusun lainnya. Hal ini dikarenakan jalur ini belum memiliki pos awal yang memantau perjalanan anda layaknya di jalur Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu.

Pos I (Reco Kethek) : Pandakian dimulai dari kompleks candi, melewati sungai dan masuk wilayah hutan pinus. Jalur ini akan melalui Candi Kethek. Untuk ke Pos I, diperlukan waktu sekitar 30-45 menit. Tanaman di sekitar jalur masih didominasi oleh alang-alang. Di pos I ini, terdapat bangunan semi-permanent. Jalurnya pun boleh dikatakan belum terlalu menanjak.

Pos II (Brak Seng) : Sepanjang perjalanan menuju pos II, tanaman yang ditemui kian merapat. Melewati punggungan gunung yang belum terlalu terjal. Lama perjalanan sekitar 1 jam. Sama seperti di pos I, anda juga akan menemui bangunan semi-permanent.

Pos III (Cemoro Dowo) : Bagi pemula, untuk menyusuri ke pos III, sebaiknya anda mulai membutuhkan bantuan seperti tongkat kayu. Karena anda akan mulai menemui jalur yang cukup terjal, ditambah pepohonan yang semakin rapat. Perjalanan dapat ditempuh kurang lebih 1 jam.

Pos IV (Penggik) : Hampir mirip untuk menuju ke pos III, untuk ke pos IV anda akan disuguhi jalur yang cukup terjal. Rumput-rumput setinggi badan akan ditemui sepanjang jalur ini. Lama perjalanan sekitar 1 jam.

Pos V (Bulak Peperangan) : Menuju ke pos V, jalan yang akan temui mulai bergelombang. Ada naik, ada juga turun. Menuju pos ini, anda bisa beristirahat sejenak di Cemoro Kembar, di bawah dua pohon pinus besar, seperti pohon kembar. Kalau beruntung, anda bisa menemui bunga edelweiss warna ungu, yang kini sudah cukup langka. Ya, dalam perjalanan ini, anda akan disuguhi pemandangan bunga abadi, edelweiss. Nampak pula padang rumput indah mewarnai jalur ini. Lama perjalanan sekitar 1,5 jam.

Hargo Dalem :
Jika anda telah mencapai pos V, berarti anda telah menempuh sekitar 90% perjalanan. Yah, untuk mencapai Hargo Dalem, anda butuh waktu sekitar 1 jam. Jalan yang dilalui pun tidak terlalu terjal, malah anda disuguhi tanah luas layaknya lapangan.

Di perjalanan ini, anda juga akan menemui tempat yang dikenal Pasar Dieng atau Pasar Setan. Konon, ditempat ini merupakan tempat untuk mendapatkan wangsit atau petuah. Misal, jika mendapatkan beras setelah berdoa disini, maka itu berarti anda akan sukses jika berjualan beras. Konon pula, disini sering terdengar keramaian layaknya pasar. Tempat ini merupakan tumpukan bebatuan yang telah diatur rapi, begitu pula dengan tanaman yang hidup disini.

Jika telah sampai pasar Dieng, berarti selangkah lagi akan sampai di Hargo Dalem, yang memiliki ketinggian 3170 mdpl. Ditempat ini merupakan tempat moksanya Prabu Brawijaya. Tidak hanya itu, disini juga terdapat Sendang Drajad, mata air gunung Lawu yang dipercaya membawa berkah.

Bila anda kemalaman dan terpaksa menginap, jangan takut. Disini juga terdapat rumah-rumah sederhana yang menjual makanan, seperti mie instan dan nasi rames layaknya di kaki gunung. Kaget? Iya, kami yang pertama kali mendaki Gunung Lawu juga kaget akan keberadaan tempat seperti ini. Penjualnya, Mbok Yem telah tinggal disana bertahun-tahun untuk membantu para pendaki, khususnya untuk urusan perut dan penginapan. Namun, jika menginap, bawalah selimut tebal atau Sleeping Bag, karena suhu yang begitu ekstrem akan anda temui, apalagi sekitar bulan Agustus-September, sekitar 2 derajat celsius. Bahkan, jika beruntung, anda bisa menemui musim salju di gunung Lawu, yaitu es yang terbentuk dari embun yang benar-benar dingin.

Menuju puncak Lawu atau yang biasa disebut Hargo Dumillah yang berada pada ketinggian 3265 mdpl, anda hanya perlu mendaki sekitar 20 menit. Bila memandang kearah Barat akan tampak terlihat puncak Gunung Merapi dan Merbabu. Dan kalau melihat ke arah Timur akan terlihat keindahan Puncak Gunung Kelud, Butak, dan Gunung Wilis yang membentuk lukisan alam menawan. Di tempat ini, terdapat tugu yang menandakan puncak gunung Lawu. Sungguh akan menyenangkan bila anda berada dipuncak saat matahari terbenam atau saat matahari terbit. Mau mencoba??

4 comments:

aasd said...

iihhiiiirrr..
bru liat blog mu sen.
asikasik.
ya ya banyak hal2 yang terjadi selama kita 2 bulan disana.
dan bahkan ga krasa yaa..
kita udah bulan desember aja skg.
main main kesana pun tampaknya kaya pulang kampuang.ahahah.
seru yaa yang bisa naik ke puncak lawu.,
some day i will go there..
astungkara..

salam hangat dari jogja setelah 2x24 jam merasakan kedinginan disana..

I Made Ari Susena said...

Aku dah dari dulu punya..
awalnya arisusenamath07.web.ugm.ac.id
cuman ya sama, jarang aku urus, akhirnya berpindah ke blogspot..
Haha...

Iya, semoga selalu menjadi bagian dari keluarga mereka...
Ayo ndar, aku juga pengen kesana lagi. :D

Mawi Wijna said...

saya mau saya mau mendaki Gunung Lawuuu!

I Made Ari Susena said...

Hayo atuh mah... saya sudah mencoba, anda belum? :p

Post a Comment