Beberapa hari dilalui dengan tugas-tugas kuliah yang berjubel, saatnya untuk melakukan refreshing otak dulu. Hari ini, 21 Desember 2010, saya dan kawan-kawan matematika 2007, Iis, Dessy, Arlin, Meily, Rahmi, dan Fajar merencanakan untuk nonton bareng sebuah film karya Michael Apted, The Chronicles of Narnia yang kali ini bertemakan The Voyage of the Dawn Treader. Film ini merupakan serinya yang ketiga, setelah yang pertama, The Lion, The Witch and The Wardrobe, dan yang kedua Prince Caspian. Kalau anda belum nonton seri sebelumnya, saya sarankan nonton terlebih dahulu, supaya lebih mengerti alur dan tokoh-tokoh ceritanya.
Setelah kuliah yang berakhir pukul 16.00 WIB, saya langsung tancap gas menuju Studio 21, Plasa Ambarukmo. Padahal film waktu itu dimulai saat itu juga. Untunglah, tidak terlalu terlambat saya kira, apalagi saya sudah sedikit membaca resensi filmnya dari artikel di internet.
Ada sedikit perbedaan dari kisahnya kali ini, tidak lengkapnya Pevensie bersaudara, Peter (William Moseley) dan tokoh favorit saya, Susan (Anna Popplewell), membuat saya sedikit kecewa. Tapi, untunglah Lucy (Georgie Henley) yang makin dewasa dan cantik membuat saya makin ng-fans, ditambah adanya sepupu dari Edmund (Skandar Keynes), yaitu Eustace Scrubb (Will Poulter) dengan tampang "bodohnya" menjadikan film ini makin menghibur. Film kali ini pun bukan lagi berklimaks peperangan bala tentara melawan bala tentara lainnya layaknya di seri sebelumnya, melainkan melawan sihir jahat yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata.
Resensi cerita :
Edmund dan Lucy kembali masuk dalam negeri Narnia lewat sebuah lukisan. Kali ini, mereka ditemani sepupunya, Eustace, yang tidak percaya dengan cerita dongeng. Tiba-tiba saja lukisan tersebut menjadi hidup dan membawa mereka ke laut, dan bertemu dengan kapal Dawn Treader yang membawa rombongan Pangeran Caspian (Ben Barnes). Perjalanan Caspian kali ini adalah untuk mencari tujuh bangsawan yang hilang, dan menemukan tujuh pedang yang bila disatukan, dapat menghancurkan kekuatan sihir sejati yang selama ini melanda negeri Narnia.
Perjalanan kali ini adalah ke tempat Lone Island, salah satu tanah kekuasaan Narnia. Dari Cair Paravel, mereka berlayar menuju Galma, Terebinthia, Seven Isles, Lone Island, dan pulau-pulau lain seperti Dragon Island, Death Water Island, dan Star Island. Di Star Island, mereka bertemu dengan seorang Bintang Timur Narnia yang telah pensiun, Ramandu.
Sesuai petunjuk, mereka harus menemukan ketujuh pedang Narnia dari ketujuh bangsawan yang akan dicari. Hanya saja, untuk mengumpulkan mereka harus kuat menahan godaan. Dalam petunjuknya itu, saat meletakkan pedang yang ketujuh, mereka harus melewati tantangan terberat, dimana kekuatan sihir akan keluar sepenuhnya. Benar saja, dalam beberapa kisah perjalanannya, misalnya ketika di Death Water Island, semua benda yang tercelup ke sebuah kolam, akan berubah menjadi emas. Edmund hampir saja tersihir dengan harta emas tersebut, tapi untunglah Lucy mengingatkan kembali.
Ada kejadian menarik saat mereka berada di Dragon Island, Eustace yang sedang kesal dengan awak kapal Dawn Trader, lebih memilih berjalan-jalan sendirian. Tiba-tiba saja, dia melihat kumpulan emas, yang tentu saja membuat dirinya ingin mengumpulkannya. Namun sayang, karena kesalahannya itu, dia kemudian berubah menjadi Naga, yang hampir saja menjadi korban dari panah awak kapal karena tidak tahu bahwa naga tersebut adalah Eustace sendiri.
Sempat Eustace yang menjadi naga, terpukul dengan perubahan tubuhnya itu. Tetapi untung ada tikus Reepicheep yang memompa kembali semangat Eustace. Bahkan Eustace beberapa kali menolong perjalanannya sang Pangeran Caspian, seperti membantu mendorong kapal, Dawn Treader dan yang terpenting adalah, ketika Eustace bertarung melawan kabut hijau untuk meletakkan pedang yang ketujuh. Edmund, Lucy, dan Eustace pun berkesempatan melihat Aslan, si Singa penguasa tertinggi Narnia, yang mengantar mereka bertiga pulang kembali ke London, sedang di Narnia, Caspian X diberikan gelar ‘Caspian Sang Navigator’.
Diceritakan pula bahwa suatu saat nanti, Aslan akan hidup di dunia nyata, namun dalam wujud yang berbeda. Apakah mungkin Aslan, Lucy, Edmund, Eustace dan Caspian akan bertemu kembali?. Saya sendiri tidak sabar menunggu seri selanjutnya. Terlebih jika Pevensie bersaudara dihadirkan secara lengkap.
Setelah kuliah yang berakhir pukul 16.00 WIB, saya langsung tancap gas menuju Studio 21, Plasa Ambarukmo. Padahal film waktu itu dimulai saat itu juga. Untunglah, tidak terlalu terlambat saya kira, apalagi saya sudah sedikit membaca resensi filmnya dari artikel di internet.
Ada sedikit perbedaan dari kisahnya kali ini, tidak lengkapnya Pevensie bersaudara, Peter (William Moseley) dan tokoh favorit saya, Susan (Anna Popplewell), membuat saya sedikit kecewa. Tapi, untunglah Lucy (Georgie Henley) yang makin dewasa dan cantik membuat saya makin ng-fans, ditambah adanya sepupu dari Edmund (Skandar Keynes), yaitu Eustace Scrubb (Will Poulter) dengan tampang "bodohnya" menjadikan film ini makin menghibur. Film kali ini pun bukan lagi berklimaks peperangan bala tentara melawan bala tentara lainnya layaknya di seri sebelumnya, melainkan melawan sihir jahat yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata.
Resensi cerita :
Edmund dan Lucy kembali masuk dalam negeri Narnia lewat sebuah lukisan. Kali ini, mereka ditemani sepupunya, Eustace, yang tidak percaya dengan cerita dongeng. Tiba-tiba saja lukisan tersebut menjadi hidup dan membawa mereka ke laut, dan bertemu dengan kapal Dawn Treader yang membawa rombongan Pangeran Caspian (Ben Barnes). Perjalanan Caspian kali ini adalah untuk mencari tujuh bangsawan yang hilang, dan menemukan tujuh pedang yang bila disatukan, dapat menghancurkan kekuatan sihir sejati yang selama ini melanda negeri Narnia.
Perjalanan kali ini adalah ke tempat Lone Island, salah satu tanah kekuasaan Narnia. Dari Cair Paravel, mereka berlayar menuju Galma, Terebinthia, Seven Isles, Lone Island, dan pulau-pulau lain seperti Dragon Island, Death Water Island, dan Star Island. Di Star Island, mereka bertemu dengan seorang Bintang Timur Narnia yang telah pensiun, Ramandu.
Sesuai petunjuk, mereka harus menemukan ketujuh pedang Narnia dari ketujuh bangsawan yang akan dicari. Hanya saja, untuk mengumpulkan mereka harus kuat menahan godaan. Dalam petunjuknya itu, saat meletakkan pedang yang ketujuh, mereka harus melewati tantangan terberat, dimana kekuatan sihir akan keluar sepenuhnya. Benar saja, dalam beberapa kisah perjalanannya, misalnya ketika di Death Water Island, semua benda yang tercelup ke sebuah kolam, akan berubah menjadi emas. Edmund hampir saja tersihir dengan harta emas tersebut, tapi untunglah Lucy mengingatkan kembali.
Ada kejadian menarik saat mereka berada di Dragon Island, Eustace yang sedang kesal dengan awak kapal Dawn Trader, lebih memilih berjalan-jalan sendirian. Tiba-tiba saja, dia melihat kumpulan emas, yang tentu saja membuat dirinya ingin mengumpulkannya. Namun sayang, karena kesalahannya itu, dia kemudian berubah menjadi Naga, yang hampir saja menjadi korban dari panah awak kapal karena tidak tahu bahwa naga tersebut adalah Eustace sendiri.
Sempat Eustace yang menjadi naga, terpukul dengan perubahan tubuhnya itu. Tetapi untung ada tikus Reepicheep yang memompa kembali semangat Eustace. Bahkan Eustace beberapa kali menolong perjalanannya sang Pangeran Caspian, seperti membantu mendorong kapal, Dawn Treader dan yang terpenting adalah, ketika Eustace bertarung melawan kabut hijau untuk meletakkan pedang yang ketujuh. Edmund, Lucy, dan Eustace pun berkesempatan melihat Aslan, si Singa penguasa tertinggi Narnia, yang mengantar mereka bertiga pulang kembali ke London, sedang di Narnia, Caspian X diberikan gelar ‘Caspian Sang Navigator’.
Diceritakan pula bahwa suatu saat nanti, Aslan akan hidup di dunia nyata, namun dalam wujud yang berbeda. Apakah mungkin Aslan, Lucy, Edmund, Eustace dan Caspian akan bertemu kembali?. Saya sendiri tidak sabar menunggu seri selanjutnya. Terlebih jika Pevensie bersaudara dihadirkan secara lengkap.
0 comments:
Post a Comment