Pages

Andai kuku itu tidak akan bertambah panjang, mungkin....

December 15, 2012

Satu minggu terakhir ini, gue dihadapkan suatu permasalahan. Bukan permasalahan hati, bukan permasalahan akademik, melainkan masalah di kaki gue

Sumber foto : health.ghiboo.com
Yap, kali ini gue harus mengikuti "operasi" pencabutan kuku kaki. Luka yang mungkin bagi sebagian besar orang akan sedikit mengernyitkan dahi ketika denger cerita langsung dari gue. Tapi, bagi gue, ini merupakan luka bodoh, cukup bodoh. Karena pada dasarnya, gue udah pernah mengalami luka seperti ini, kuku yang sama, dan dengan alasan yang sama. Kena standar motor.

Okey, gue anggap gue keledai.

"Udah kebiasaan, kalo mindahin motor hanya beberapa meter gue males melepaskan standar motor".  - sebuah alasan yang biasanya gue gunakan untuk menjadi pembenaran ketika berdebat.


Kejadian tersebut kira-kira terjadi sekitar tiga tahun lalu. Dan kejadiannya terjadi lagi seminggu lalu (semenjak tulisan ini dipublish), dengan TKP yang berbeda. Pas tiga tahun lalu, gue masih berstatus mahasiswa S1, yang berarti gue masih mendapatkan asuransi kesehatan dari kampus. Itu berarti gue berobat gratis. Dulu juga ada Yacob yang biasanya sering gue repotin. Lha, sekarang?. Dan entah kenapa pula, gue males untuk ke rumah sakit atau semacamnya.

Dengan sedikit berpikir keras, gue akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi cabut kuku, tanpa harus ke rumah sakit atau sejenisnya. Dengan bantuan temea gue yang akan berprofesi sebagai dokter, sebut saja Yoga, gue pun berhasil menghadapi operasi tersebut, dengan sukses. Mungkin, kalau kamu sekarang mengalami kejadian yang sama (bukan mendoakan lho ya), dan memiliki sedikit kenekatan, gue akan sedikit sharing apa aja yang mesti kamu lakukan udah gue lakukan.

Pertama, siapkan bahan dan alat operasi, seperti obat bius dan suntikannya. Kalau ini, obat bius yang gue beli (atas saran temen gue) adalah jenis LIDOCAIN dan dengan suntikan ukuran 3 ml. Bahan lain yang mungkin harus disiapkan adalah SOFRATUL, KASA STERIL dan HYPAFIX (sejenis plester). Kalau alat, mungkin harus disiapkan gunting, pinset dokter atau apalah namanya. Dan yang terpenting, semua alat dan bahan di atas tadi harus dalam keadaan steril. Begitu pula tangan dan daerah operasi. Jadi, untuk men-steril-kan, bisa gunakan tisue basah atau betadine cair. Bahan-bahan tersebut akan sangat berguna ketika masuk ke langkah keempat di bawah, tanpa harus ke rumah sakit.
arisusena.blogspot.com
Siapkan bahan!
Kedua, lakukan operasi. Kalau ini seh gue sarankan cari teman dokter. Kalau nggak punya, cari pacar dokter. Kalau masih nggak bisa, jadilah dokter. Kalau masih ngga bisa juga, emm..ke rumah sakit aja deh. Kalau nggak mau, cabut sendiri sanah! Sakit? Pasti. Kalau ngga mau kerasa sakit, ya jangan sakit.

Ketiga, perban. Beri betadine cair pada daerah luka. Tutup dengan sofratul, lalu tutup dengan kasa steril. Kemudian balut dengan kasa steril lagi. Plester perban atau kasa steril dengan plester atau hypafix.

Keempat, perawatan. Ganti perban minimal 2 hari sekali. Mungkin akan sedikit sakit ketika ganti perban pertama dan kedua kalinya. Terlebih membuka sofratulnya yang nempel. Beh! Perlu perjuangan, bro! Tapi, tenang saja, sakitnya akan terasa pas ganti perban saja kok. Sekitar satu minggu, luka sudah mengering, dan tinggal tunggu kuku itu tumbuh. Dengan catatan, semua yang dilakukan di atas, semua alat dan bahan dalam keadaan steril atau mendekati steril.

Catatan : Semua langkah di atas adalah hal-hal yang gue lakuin, dimana langkah pertama sampai ketiga dibantu oleh temen gue yang udah gue sebut di atas. Kalau pun ada bagian yang terlupakan atau ada yang salah dari langkah atau penamaan di atas, mohon dibenarkan.

Dan terakhir, tinggal menunggu kuku itu tumbuh. Mungkin butuh waktu sekitar 2-3 bulan. Dan dari sinilah, pikiran liar gue mulai menjalar kemana - mana. Gimana seandainya kuku itu ngga bertumbuh?. Mungkin sekarang gue ngga punya kuku. Bukan! Bukan itu yang gue pikirkan. Kalau kuku itu ngga tumbuh, mungkin kuku yang sudah gue cabut seminggu lalu itu bisa dijual, layaknya ginjal. Dan gue pun sudah punya iPhone5 sekarang ini.

Ah, sudahlah, hanya pikiran liar semata...

1 comments:

Nanik Nuraini said...

Yakin tuh temenmu nggak malpraktik, Rik? :p

Post a Comment