Pages

Sepeda Purbakala So Sweat

February 8, 2011

Sabtu, 5 Februari 2011.
Cuaca hari ini sungguh tidak mengenakkan. Bayangkan hujan dari malem sampai pagi kaga kering-kering juga, masih tetap gerimis. Saya sendiri bangun jam 5 pagi setelah sebelumnya tidur jam 12 malam. Tumben bangun pagi, emang ada acara apa?

Hari ini jadwalku syuting!

Beneran! Hari ini, Sabtu 5 Februari 2011 adalah jadwal syuting yang sudah aku rencanakan dari seminggu yang lalu. Yuph, berhubung aku berhasil menjadi finalis #IONOPOLIS, aku ditugaskan untuk membuat video. Apa itu #IONOPOLIS? Kalau belum tahu, mungkin bisa baca postinganku sebelumnya. Intinya, kesepuluh finalis ditugaskan membuat sebuah event yang nantinya seluruh kegiatannya direkam dalam sebuah video berdurasi 8-10 menit. Susah? Iya. Berhubung ini pertama kalinya aku sendiri membuat video, dengan konsep aku yang buat dibantu oleh Mas Aan SPSS beserta kroni-kroninya.

Sesungguhnya dan sebenarnya, saya pribadi cukup stres dibuatnya ketika harus menyiapkan semua hal yang berkaitan dengan event ini. Mengingat masa-masa itu adalah masa libur kampus, jadi rata-rata temenku pada pulang kampung. Terus sendiri? Tidak juga, masih ada Yacob yang bantu buatin desain flyer yang rencana aku bagi-bagiin. Tetapi, menjelang hari H, itu anak malah kabur ke rumah calon mertuanya di Palembang. Untungnya juga masih ada mas Aan yang bisa diajak kerjasama.

Untuk handycam pun tidak luput dari masalah. Awalnya rencana pake handycam punya temenku, sebut saja Cecil. Tetapi entah kenapa, menjelang hari H, handycamnya malah rusak. Yang jadi pertanyaan, kenapa pas rusak ketika aku yang pegang? Padahal belum juga aku banting sedikitpun tu handycam. Jadilah, event ini jadi event yang mahal. Mahal di perbaikan handycam. Sigh! Untungnya, untuk handycam, tersebutlah rekan gowes, sebut saja Pakdhetimin punya dan bersedia meminjamkan handycamnya, walaupun harus diambil pukul 8 malam sehari sebelum hari-H. Tak apalah, yang penting videonya jadi!

Konsepnya eventnya? Ya, tidak jauh-jauh dari konsep Comic Maker #IONOPOLIS. Yang pasti tidak jauh dari aktivitas bersepeda. Berhubung aku dekat dengan komunitas Sabtu Pagi Sepeda Santai, jadi saya gunakan kegiatan SPSS tiap hari sabtu untuk divideokan. Dengan bantuan Mas Aan untuk mencari rute, diputuskanlah bahwa hari ini teman-teman SPSS akan gowes ke daerah candi di sekitar Prambanan. Eh, tentunya ada yang beda dengan agenda gowes SPSS kali ini, soalnya ada sponsornya. Apalagi kalau bukan, POCARI SWEAT! Biar ga dehidrasi gituh! :)
Inget! Ketika beraktifitas, minum air putih saja tidak cukup, apalagi jika Anda sedang lapar. #IKLAN
Waktu sudah pukul 06.00 WIB, aku mengayuh sepeda dengan tas berisikan handycam menuju Simpang Tiga (atau Empat?) Fly Over Janti, tepatnya di toko sepeda Rodalink. Sebelum sampai, saya parkirin sepeda di deket Saphire Square, dan mengambil gambar gerbang kota Yogyakarta di daerah sana. Setelah dirasa cukup, gowes lanjut lagi menuju tempat kumpul.

Sampai sana, krik krik krik....

Hanya ada satu orang, yaitu Mas Sigit. Emang seh, seperti di awal cerita, berhubung hujan jadi sepertinya masih banyak teman-teman gowes yang masih beratapkan selimut. Bahkan, usut punya usut, jam kumpul yang tadinya jam 05.30 WIB diundur jadi 07.00 WIB. Fiuh...
Padahal, beberapa saat kemudian, mobil dari Tim Pocari telah datang, kelihatan dari mobilnya yang dicat membentuk tulisan "SOYJOY". Kok SoyJoy?. Ya, SoyJoy kan saudaranya Pocari. Jadilah, Tim Pocari Sweat yang beranggotakan Mas Faisal, Pak Ratno dan Bu Sandra, beserta Mas Sigit SPSS, dan tentunya saya sendiri harus menunggu teman-teman yang lain hampir sejam.

Maaf ya Pak Ratno, Bu Sandra, Mas Faisal harus menunggu lama. Kalau mau, salahin hujannya aja ya ga berhenti-berhenti dari kemaren.. :)

Sembari menunggu yang lain, saya coba ambil gambar, yang kali ini diambil oleh teman saya, sebut saja Babe, dengan konsep saya jadi semacam reporter gitu. Setelah menunggu lama, dan dirasa teman-teman SPSS sudah banyak, saya pun beraksi kembali.

Haiyaaat, Pocariman berubah! Dengan kekuatan bulan akan menghukummu! #zzzzzz

Pertama, saya bagikan flyer yang sudah saya siapkan sebelumnya. Mencetak hampir 100 lebih, tapi yang kebagi hanya kurang dari 30-an.

Huh, mungkin inilah yang namanya pengorbanan.

Akhirnya lanjut aksi yang kedua, yang langsung disambut temen-temen dengan sumringah. Bagi-bagi Pocari! Bagi Pocari aja langsung semangat. Hadeeeeeh!

Selanjutnya? ga cuman minuman dunk. Tentunya ada makanannya juga. Apa?? Apalagi kalau bukan SoyJoy! Namanya juga sponsornya Pocari, ya makanan pendukungnya adalah saudaranya, SoyJoy, mana mungkin nasi rames atau nasi Padang?

Aksinya hanya sampai disana? Oh, tentu tidak. Masih ada lagi. Selanjutnya saya presentasi mengenai hidrasi, dehidrasi dan bagaimana re-hidrasi yang baik. Ya dengan presentasi apa adanya, tanpa microphone, tanpa slide, tanpa proyektor. Hanya bermodalkan mulut dan otak, saya menjalankan misi untuk menumpaskan dehidrasi di muka bumi ini. Hahahaha.... #GayaPangeranBertopeng

Setelah selesai, akhirnya kami semua pun menjalankan aktifitas gowes, menuju daerah candi di daerah Kalasan, Prambanan seperti yang telah disebutin di atas. Sebelum berangkat, eits jangan lupa foto-foto dulu. Cepret!



Kiri : Tim SPSS berpose dengan sang sponsor.
Kanan : Sementara saya presentasi, Bu Sandra malah asyik nyobain sepeda salah satu rekan SPSS :)

Berikut adalah candi-candi yang kami kunjungi :
  1. CANDI SAMBISARI

    Rute : Menyusuri jalan raya Jogja Solo, ikuti saja jalan ke arah timur, simpang tiga ring road masih lurus. Ketemu plank HOTEL UNIVERSITY atau ngeliat banner BAKPIA 25 yang segede gaban, belok kiri. Ikuti saja jalan tersebut, sampai nanti ketemu selokan mataram yang khas, belok kanan, lalu ikuti selokannya, yang penting jangan nyepeda di selokan. Nah, beberapa ratus meter setelah menyusuri selokan, ada belokan ke kiri melalui jembatan. Kalau bingung yang mana, tanya orang daerah sana saja, soalnya saya juga bingung harus menjelaskan yang mana *nyari alasan*. Ikuti lurus jalan tersebut, sampailah kita di CANDI SAMBISARI.

    Berhubung kami sebentar di candi ini, jadi tidak ada foto-foto. Screenshot Sambisari dan sejarahnya saya ambil dari blognya Yacob. Izin copas ya, Cob!

    Sejarah :
    Lokasi candi ini sangat unik karena terletak 6.5 meter di bawah permukaan tanah. Akibatnya tidak terlalu kelihatan dari luar. Candi utama Sambisari berukuran 13.65m x 13.65m dan tinggi keseluruhan 7.5m. Untuk masuk ke wilayah candi, Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp2.000,00 (dewasa) atau Rp1.000,00 (anak-anak). Saya juga menyikat brosur Selayang Pandang Candi Sambisari seharga Rp2.000,00.

    Candi ini ditemukan pada tahun 1966 secara tidak sengaja oleh seorang petani. Selanjutnya, dilakukan proses pemugaran, rekonstruksi dan penelitian yang selesai pada tahun 1986. Pembuat candi ini tidak diketahui secara pasti karena tidak terdapat bukti-bukti lain yang mendukung berdirinya candi ini. Namun, diduga candi ini merupakan peninggalan Mataram Hindu.
  2. CANDI SARI

    Rute : Kembali lagi ke jalan susur selokan mataram lagi. Kemudian ikuti terus jalan tersebut. Sampai mana? Sampai ketemu jalan Jogja-Solo lagi. Sampai akhirnya ketemu masjid di kiri jalan, yang menurut saya unik, karena desain masjid ini tidak seperti masjid seperti biasanya, dimana desainnya lebih cocok untuk arena bermain anak-anak (lupa nama masjidnya). Kalau sudah ketemu masjid tersebut, belok kiri saja. Tidak lama, maka Anda akan sampai di CANDI SARI.

    Sejarah :

    Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Sambisari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.

    Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari di masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

    (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sari)

    Screen shot :
  3. CANDI PLAOSAN LOR

    Rute : Kembali lagi ke Jalan Jogja-Solo, sampai ketemu jembatan Kali Opak, dimana tepat sebelum melewati jembatan belok kiri. Sebenarnya dalam perjalanan menuju Candi ini, kami juga melewati beberapa candi, seperti Candi Prambanan, Candi Sewu, dll (namanya juga wilayah purbakala). Hanya saja, kami tidak merapatkan sepeda kami alias cuma numpang lewat. Melewati belakang Candi Prambanan, ikuti arah timur. Ketemu simpang empat yang rada aneh, ikuti arah timur terus beberapa ratus meter sampailah di CANDI PLAOSAN LOR.

    Sejarah :
    Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, yaitu altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya terdapat di altar timur. Stupa Samantabadhara dan figur Ksitigarbha ada di altar utara, sementara gambaran Manjusri terdapat di altar barat.

    Screen Shot :



  4. CANDI KEDULAN

    Rute : Dari Candi Plaosan Lor, anda balik lagi ke jalan sebelumnya, ke arah barat. Simpang empat belok kanan, ketika ketemu simpang tiga pertama langsung ambil belokan ke kiri. Sampai mana? Saya rasa mending tanya orang sana atau bawa GPS. Yang jelas, ketika ketemu simpang tiga, anda ambil belok kiri, kemudian ketemu simpang tiga lagi, beloklah ke kanan. Nah, lurus terus kira-kira 1 km, sekali lagi saya sarankan anda bertanya, karena anda sudah dekat dengan CANDI KEDULAN.

    Catatan : Harga tiket masuk ke candi ini gratis alias tidak usah bayar. Kok bisa? Karena candi ini masih dalam tahap rekonstruksi. Jika Anda berpikiran bahwa candi ini berdiri megah dan kokoh, anda salah. Bahkan, ketika kami kesini, candi ini masih tertimbun. Di dalam tanah? Bukan, melainkan di dalam air. Ya, memang begitulah keadaannya. Bahkan, menurut pengakuan Mas Wijna, dia sempat ke tempat ini pada tahun 2009 dan candi itu memang berada di dalam air. Artinya, sudah 2 tahun candi tersebut terendam di dalam air. Mungkin ini perlu sedikit perhatian dari Pemda Jogja, atau mungkin lebih tepat dari organisasi yang biasa mengurus benda-benda purbakala, agar candi ini bisa lebih cepat untuk dikonstruksi.

    Sejarah :
    Pada 24 September 1993, Candi Kedulan ditemukan dalam keadaan runtuh dan terbenam oleh lahar vulkanik dan sedimen setebal 8 m yang tersusun atas 15 lapisan sedimen. Saat itu, penambang pasir sedang menggali tanah untuk tanah urug, selanjutnya pada kedalaman kurang lebih 3 meter terlihat susunan batu-batu candi. Dari lokasi ini ditemukan Prasasti Sumundul dan Prasasti Panangaran. Tulisan dalam kedua prasasti itu memakai huruf serta bahasa jawa kuno berangka tahun 791 Çaka atau 869 M yang sekaligus dijadikan perkiraan waktu pendirian Candi Kedulan. Secara garis besar isi prasasti adalah adanya sebuah dawuhan (dam) yang dipergunakan oleh masyarakat dari dua desa yakni Panangaran dan Parhyangan serta kewajiban membayar pajak.

    Dari hasil rekonstruksi diketahui bahwa bangunan Candi Kedulan mempunyai sebuah candi induk berdenah bujur sangkar dan tiga buah candi perwara di sisi timur candi induk. Diperkirakan candi ini memiliki pagar halaman I dan II, namun sampai sekarang baru ditemukan pagar halaman I di sisi utara-selatan. Candi induk mempunyai ukuran lebih kecil dari kaki candi yaitu 4 x 4 m. Tubuh candi mempunyai bilik yang berisi lingga dan yoni dengan pintu masuk di sebelah timur. Sedangkan pada kanan kiri pintu masuk terdapat relung berisi Arca Mahakala dan Nandiswara. Cerat yoni mengarah ke utara dan pada dinding utara di bawah relung ditemukan lubang (saluran air) menuju selasar.

    (sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/kedulan/)
    Screen shot :

    Berhubung disini tidak ada foto-foto yang diambil waktu kunjungan kami disini, saya ambilkan gambar dari galery Mas Wijna saja, ijin copas ya Mas!


    sumber : http://www.facebook.com/album.php?aid=2108984&id=1263880033
Selesai. Setelah mengunjungi keempat candi di atas, kamipun pulang menuju rumah masing-masing, tetapi sebelumnya kami mengisi perut kami dulu dengan soto di daerah Maguwoharjo. Esoknya, sebagai kelanjutan tugas #IONOPOLIS, saya kemudian minta bantuan Mas Anto untuk mengedit video yang telah saya buat. Mau lihat hasilnya?



Bagaimana menurut Anda?

Selain Sambisari & Kedulan, foto oleh Eko Paris B.Y dan Tim Pocari Go Ion Joglosemar.

Semua lagu di yang digunakan video memang tidak melalui proses lisensi, tetapi selama saya, pemilik video, tidak menggunakan untuk tujuan komersil, saya kira sah-sah saja. Hanya seluruh isi video (kecuali lagu) adalah hak cipta Ari Susena.

0 comments:

Post a Comment