Pages

Gowes Warung Ijo Pakem (Part 2)

February 8, 2011

Kunjungan SPSS ke Warung Ijo

Lho, kok belum apa-apa sudah part 2? Part 1-nya mana?

Eh, bukan tulisan yang kedua maksudnya, tetapi gowesnya baru yang kedua kali ke sini, ke Warung Ijo Pakem. Emang yang pertama kali kapan? Wah, sepertinya yang pertama kali tidak akan saya lupakan kok, masih inget dalam ingatan saya bagaimana rasanya pertama kalinya nyepeda, tetapi langsung di-koyok oleh sejumlah orang tidak bertanggung jawab, seperti Mas Aan, Mas Wijna, Kang Bayu, dan masih banyak tersangka lainnya. Bayangkan, untuk menuju Pakem, itu artinya Anda harus melewati sesuatu yang sebenarnya dihindari oleh sebagian besar pesepeda, terlebih untuk newbie, TANJAKAN!! Oh iya, saat pertama kali ke Pakem, ini adalah moment pertama bergabung dengan komunitas SPSS (Sabtu Pagi Sepeda Santai), walaupun waktu itu SPSS masih belum sebesar sekarang. Tanggalnya lupa, tetapi sekitar bulan November 2009.

Untuk yang part 2, baru tadi pagi saya lakukan. Dengan hanya sms dadakan dari seorang Wihikan Mawi Wijna. Sms jam 6, berangkat jam setengah 7. Waw, persiapan cuman setengah jam!!. Untungnya saya sudah dalam keadaan bangun, tanpa ngantuk. Berangkatlah menuju Pakem, yang katanya nanti bareng Pakdhe Timin dan teman-temannya. Untungnya, untuk yang kedua kali kesini, saya merasa tertantang untuk menyelesaikan semua tanjakan, tidak seperti waktu pertama kalinya.

Ngomong-ngomong soal Pakem, selalu berhubungan dengan Rumah Sakit Jiwa Ghrasia, Pakem. Tetapi, bukan ini lah tujuan kami. Tujuannya jelas sudah saya tulis di atas, Warung Ijo.
Emang apa istimewanya ini warung? Entahlah. Saya sendiri juga kurang mengerti. Saya pikir, warung biasa dengan cat warna hijau. Tetapi, jika Anda orang Jogja yang aktif bersepeda, pasti tahu kan tempat ini? Ya, warung ini hampir selalu ramai oleh pesepeda, khususnya hari libur, sabtu dan minggu.

Mau liat tempatnya? Tinggal ikuti saja jalan kaliurang, sampai kilometer 17, sampai nanti ketemu lampu merah di perempatan yang menurut saya aneh, lurus saja. Sekitar 200 meter kemudian, ada belokan ke kiri, dan lihat 100 meter di sisi kiri jalan, jika ketemu warung berwarna hijau, itulah Warung Ijo. Atau, jika Anda ingin bersepeda blusukan, tanpa ingin diganggu oleh asap kendaraan, boleh memakai jalan alternative, tetapi tetep aspal kok, walaupun semi on-road. Kalau jalan ini, saya ngga bisa jelaskan, rada ribet. Monggo ditanyakan saja bila kurang tahu. :)

Emang makanan khasnya apa ya? Waduh, saya juga kurang paham kalau yang ini. Yang jelas, habis melewati tanjakan, tentunya hal yang dicari adalah, MINUMAN. Kalau saya sih, tiap kali kesini, selalu pesan es teh, bahkan sampai 2 gelas, saking hausnya. Sebenarnya masih banyak makanan yang ditawarkan, ada gorengan, aneka jenis cemilan, makanan, bahkan makanan berat seperti nasi dan brongkos juga ada. Hanya, saya belum belum pernah memesan.

Harga
Es teh : Rp. 1000,00
Gorengan : Rp. 500,00

Harga yang lain, monggo dicoba sendiri. :)
Mau Mencoba??

Sumber gambar :
http://farm5.static.flickr.com/4047/4297368058_917eb03d58_z.jpg?zz=1

2 comments:

Mawi Wijna said...

ooo...jadi nyepeda tanpa berhenti itu bikin haus tow? :p

I Made Ari Susena said...

sepertinya iya e maw, penemuan baru itu... :p

Post a Comment